Dharma Polimetal Siap Pasok Komponen Mobil Listrik BYD, Tapi Minta Pemerintah Tegas Soal TKDN

Dharma Polimetal Siap Pasok Komponen Mobil Listrik BYD, Tapi Minta Pemerintah Tegas Soal TKDN
KabarOto.id – PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA), perusahaan komponen otomotif milik konglomerat TP Rachmat, memastikan bahwa mereka siap memasok komponen ke produsen mobil listrik asal China, termasuk BYD. Kesiapan itu ditegaskan langsung oleh Presiden Direktur DRMA, Irianto Santoso, yang menyebut perusahaannya telah lulus audit teknis dari beberapa prinsipal otomotif asal Negeri Tirai Bambu.
“Beberapa merek sudah komunikasi dan kita sudah audit, dan dinyatakan comply semua,” ujarnya saat ditemui di ajang otomotif ICE BSD, Tangerang.
Meski belum menyebut nama secara eksplisit, kuat dugaan bahwa BYD termasuk di antaranya, mengingat merek tersebut tengah membangun pabrik besar di Subang, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi hingga 150.000 unit per tahun.
Kendala: Pabrik Belum Rampung, Volume Produksi Jadi Kunci
Namun kerja sama konkret masih menunggu kesiapan prinsipal, khususnya rampungnya pembangunan pabrik mereka. Irianto juga menyoroti pentingnya skala produksi dalam proses lokalisasi komponen.
“Kalau volume-nya tidak mendukung, ya lokalisasi juga jadi mahal. Kecuali memang persyaratan dari pemerintah tegas,” tambahnya.
Saat ini, mayoritas kendaraan listrik di Indonesia masih didatangkan secara utuh (CBU) atau semi-rakit (CKD) dari China. Bahkan dalam skema CKD, sebagian besar komponen tetap berasal dari luar negeri.
DRMA Desak Pemerintah Tegas Terapkan TKDN
Melihat derasnya arus impor mobil listrik, Irianto mendesak agar pemerintah bertindak lebih tegas dalam penerapan regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, kebijakan tersebut sangat penting demi melindungi pelaku industri komponen lokal yang padat karya.
Baca Juga: Tips Menggunakan APAR untuk Cegah Kebakaran Mobil Listrik Membesar
“Misalnya setelah dua tahun, TKDN harus 40 persen. Insentif (bebas bea impor) kan berakhir di 2025. Jadi 2026 wajib 40 persen, dan tahun berikutnya 60 persen,” jelasnya.
Industri Komponen Lokal Butuh Perlindungan Jangka Panjang
Direktur DRMA, Darmawan Widjaja, menambahkan bahwa industri otomotif memiliki rantai pasok yang sangat panjang. Maka dari itu, setiap kebijakan yang menyentuh sektor ini akan membawa efek domino besar ke ekonomi nasional.
“Kalau pemerintah bisa kasih stimulus seperti saat Covid, dampaknya bisa luar biasa. Bukan hanya produsen mobil yang untung, tapi juga UKM, logistik, dan pelaku industri komponen,” ujarnya.
DRMA Sudah Pasok Komponen untuk Hyundai, Toyota, hingga Honda
Sebagai informasi, DRMA telah lebih dulu memasok komponen kendaraan listrik seperti battery pack dan charging station untuk brand global seperti Hyundai, Toyota, Kia, dan Astra Honda Motor. Hal ini menunjukkan kesiapan mereka untuk menjadi mitra strategis bagi pemain baru seperti BYD.
Baca Juga: Tips Aman Perjalanan Jauh Menggunakan Sepeda Motor di Libur Akhir Tahun
Penjualan Mobil Lesu, Mobil Listrik Naik Tapi Cuma Ganti Pangsa
Meski pasar mobil listrik tumbuh, penjualan mobil nasional secara umum masih lesu. Berdasarkan data Gaikindo, total wholesales semester I/2025 mencapai 374.740 unit, turun 8,6 persen secara tahunan. Dari angka itu, mobil listrik berbasis baterai (BEV) hanya menyumbang 9,77 persen atau 36.611 unit.
Artinya, pertumbuhan mobil listrik belum mampu memperluas pasar, hanya menggerus pangsa kendaraan konvensional.
DRMA menunjukkan komitmennya untuk mendukung era elektrifikasi kendaraan di Indonesia, namun mereka juga mengingatkan pentingnya keberpihakan pemerintah pada industri lokal. Tanpa regulasi TKDN yang konsisten dan pengawasan yang ketat, banjir produk impor bisa melemahkan pondasi industri otomotif nasional dari hulu ke hilir.