Pengalaman Naik Bus DMI Dari Tangerang ke Wonosobo, Membuat Saya Kapok Bertemu Calo

kabaroto.id-DMI (Daya Melati Indah) merupakan anak divisi dari Bus Sinar Jaya yang sangat mashyur di jalur Jawa Tengah – Jabodetabek. Di sini saya memiliki pengalaman yang sepertinya perlu untuk saya ceritakan. Sebuah pengalaman tentang perjalanan menaiki transportasi umum dari Tangerang ke Wonosobo yang saya alami pada 2015 silam.
Kala itu saya berkesempatan untuk pulang dari rantau menuju kota dingin, rasa kerinduan yang teramat sangat seperti harus segera dimitigasi dengan memesan tiket kendaraan untuk segera bertemu keluarga dan mbak pacar (sekarang sudah jadi mantan hu hu hu). Akhirnya melangkahlah saya menuju terminal Proris.
Calo Bus DMI Tangerang Wonosobo
Sesampainya di Proris, saya didatangi oleh seorang bapak-bapak kurus bercelana jeans, ia membuntuti saya dan menanyakan saya hendak pergi ke mana? “Wonosobo” jawab saya singkat.
Lalu bapak-bapak itu memberikan tiket kepada saya dan meminta uang sebesar Rp.125.000. Di tiket tersebut tertulis Sinar Jaya. Entah ada angin apa, seakan saya terhipnotis oleh rayuannya. Dan memang awalnya saya ingin naik Sinar Jaya.
Anehnya, saya dibawa ke ruang tunggu di dalam peron, karena lama menunggu akhirnya saya mencoba keluar mencari angin untuk sekadar melihat bus bermanuver. Namun bapak-bapak itu malah mencegah saya, seakan ada raut ketakutan dari wajahnya.
Tak berselang lama, ada orang dari kejauhan yang berteriak “Wonosobo, Wonosobo, Wonosobo!!!,” sayapun mengikutinya, tapi mata saya tidak melihat Bus Sinar Jaya jurusan Wonosobo. Justru saya malah diarahkan masuk ke Bus DMI dengan seat 3-2. Tentu saja saya shock, namun kerinduan akan kampung halaman sudah harus segera ditunaikan, yasudah akhirnya saya terpaksa memasuki BUS tersebut di barisan nomor 3 dari belakang. Bus pun melaju, menuju tempat yang sudah terpaut rindu.
Kekesalan saya dimulai saat kondektur mendatangi saya, lalu dia memberikan sebuah tiket baru yang harganya Rp. 90.000.
“Besok jangan pakai calo, mas. Ini harga tiket sebenarnya.” Ujar kondektur.
Ciih! Tidak ikhlas rasanya kehilangan Rp. 35.000 untuk calo Bus. Ternyata ongkos perjalanan dengan Bus DMI memang lebih murah, jika dibanding dengan bus seat 2-2 yang lebih longgar.
Pengamen dan Pedagang Asongan Bebas Keluar Masuk
Kekesalan saya makin memuncak ketika banyak pengamen yang keluar masuk setiap kali bus berhenti di terminal, baik terminal resmi ataupun terminal bayangan, tak terhitung berapa banyak pedagang asongan yang masuk, menawarkan permen, gasper hingga gorengan.
Namun hal itu belum seberapa, ketika memasuki Cikarang, penumpang mulai memasuki Bus. Hampir seluruh kursi terisi penuh oleh penumpang yang akan pulang menuju Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo. Bus DMI Tangerang Wonosobo mulai sesak, para penumpang berebut oksigen, parahnya ada yang merokok. Cihh! Apa susahnya tidak merokok di dalam Bus.
Andai saya tidak terpengaruh oleh Calo di Terminal Poris. Mungkin perjalanan saya tidak akan se-sesak ini.
Sejak saat itu, saya cukup selektif dalam memilih Bus. Tanpa bermaksud mendiskreditkan DMI, namun tentu saja setiap orang berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan tarif yang dibayar. Pastinya jika Sobat Kabar Oto ingin menggunakan transportasi darat dengan harga murah, tentu saja DMI cocok untuk menjadi pilihan.
Baca juga: Jaguar Land Rover Rahasia Terbaru Range Rover Velar: Mobil Listrik yang Bisa Mengemudi Sendiri!
Satu hal yang perlu saya tekankan, tidak merokok di dalam angkutan umum adalah hal yang keren, dan membeli tiket pada Calo Bus, adalah hal yang merugikan diri sendiri.
-Dhimas RL-